DAHSYATNYA CINTA
Romeo dan Juliet adalah
siswa kelas 3 SMA. Setiap hari mereka bertemu di sekolah, tiada hari tanpa
lirik-lirikan. Sejak pandangan pertama Romeo jatuh cinta kepada Juliet.
Begitupun dengan Juliet, diapun mempunyai perasaan yang sama dengan Romeo.
Namun, mereka saling memendam perasaan. Setiap kali mereka melirik, Romeo
berkata dalam hati “ya Allah jadikanlah
Juliet pendamping hidupku, dan berikanlah aku kekuatan serta keberanian untuk
mengungkapkan perasaanku kepadanya” begitu pun dengan Juliet, setiap kali melirik,
dia pun bekata “ya Allah, mungkinkah ini
yang namanya cinta? Ketika aku melihat dia, jantungku berdebar lebih kencang
dan disaat dia memandang wajahku, seakan – akan aku terbang tinggi jauh
melayang diatas awan”
Ketika pulang
sekolah, Romeo memberanikan dirinya untuk mendekati Juliet
“Hai Juli, kamu
pulang sama siapa? Ada yang jemput gak?” kata Romeo.
“nggak ada tuh.”
Jawab Juliet dengan tersipu-sipu malu.
“mau aku antar pulang
nggak?” tanya Romeo kembali.
“nggak usah” jawab
Juliet ya ampun.... aku mau banget
diantar sama kamu Romeo, kumohon, paksa aku untuk ikut denganmmu” kata Juliet dalam hati
Tampaknya semangat
sang Romeo untuk mengungkapkan perasaanya begitu kuat bagaikan semangat kemerdekaan
1945. Dan kali ini, Romeo tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang dia miliki.
Romeo teringat dengan kata-kata kakeknya, “ingat Romeo, kesempatan hanya datang
sekali saja. Maka jika ada kesempatan, gunakanlah sebaik-baiknya. Namun ingat,
ketika kesempatan itu datang, ucapkanlah karena kau niat kepada Allah, bukan
kepada siapapun”
“Juli, biarin aku
antarin kamu pulang yah.... aku ikhlas kok!” lanjut Romeo
“baiklah, jika kamu
memaksa, yusk.... antar aku pulang yah...” jawab Juliet dengan senyuman. Dan mungkin
saja itu adalah senyuman yang paling manis yang pernah dia sunggingkan kepada
siapapun di dunia ini. Juliet sangat senang sehingga begitu dahsyatnya yang
membuat dirinya bagai ditaman surga.
Mereka telah pulang
bersama-sama. Ditengah jalan, tanpa basa – basi Romeo mengungkapkan semua
perasaannya pada Juliet.
“Juli, sebenarnya
sejak pertama aku lihat kamu, aku langsung jatuh cinta sama kamu. Sudah sekian
lama aku memendam perasaan ini. Aku sudah tak sanggup memendamnya. To the poin
yah..... kamu mau nggak jadi kekasih aku?”
ucap Romeo.
Ketika Juliet
mendengar pernyataan cinta dari Romeo untuknya dia merasakan betapa
indahnya cinta. Juliet pun menjawab
“Rom, sebenarnya aku juga cinta sama kamu, dan itu aku rasakan sejak pertama
kali aku melihatmu. Tapi aku juga memendamnya. Kini aku telah menganggap kamu
sebagai raja didalam hatiku.” Ucap Juliet dengan wajah yang telah memerah,
semerah kepiting yang telah direbus.
Ketika Romeo
mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari bibir Juliet, Romeo tidak sadar
telah menggenggam tangan Juliet dengan kuat, tetapi Juliet tidak merasakan
sakit meskipun tangannya digenggam erat
oleh Romeo. Benar kata pepatah “cinta
bisa mengalahkan segalanya” begitulah yang dialami oleh Romeo , rasa sakit
dapat terkalahkan oleh rasa cinta. Tampaknya rumah Juliet masih sangat jauh, masih
banyak waktu untuk mereka ngobrol.
“Thanks ya Juli, kamu
udah terima cintaku” kata Romeo.
“sama-sama... aku
juga berterimakasih karena kamu sudah mengungkapkan perasaan kamu sama aku”
jawab Juliet sambil tersenyum. Dijalan, mereka berpegangan tangan, tampaknya
mereka dilanda asmara. Tidak lama kemudian, rayuan demi rayuan dan gombal demi
gombal terucap dari bibir sang Romeo, dia tak sadarkan diri mengucap semua itu,
sepertinya Romeo kerasukan setan perayu.
“Juli, Tuhan
menciptakan manusia 2 jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Itu artinya manusia
diwajibkan untuk berpasang-pasangan, manusia memilih pasangan yang cocok
untuknya. Mungkinkah kamu tercipta untukku? Apakah aku jadi pilihan hatimu?
Sekarang ini namamu bersarang di hatiku dan akan aku jaga sampai akhir hayatku.
Bagiku kaulah yang paling indah dalam hidupku, hidupku tiada berarti tanpa
dirimu” ucap Romeo penuh rayuan
“iiihhhhh..... lebay
banget sih kamu? Biasa aja kaleee” jawab Juliet
Mereka pulang dengan
canda tawa dan penuh cinta....
Penulis ; Fatmawati Baco Ahmad